~Love In Seoul~ SuperJunior
Part 4
Jam makan siang..
SMA pusat Seoul..
-Donghae POV-
Wahh sudah lama sekali tidak makan dan menikmati menu dikantin sekolah. Jadi kangen rasanya. Oh ya, aku duduk dimeja mana ya? Lebih baik aku bergabung disana.
“Maaf, bolehkah saya duduk disini?”
Ah.. rupanya si anak SMA yang imut itu. Kalau tidak salah namanya Lee Taemin. Kebetulan dia salah satu siswa yang masuk dalam program tim basket istimewa ku.
-Taemin POV-
Ah rupanya sipengajar baru yang enerjik itu. Entah kenapa rasanya aku pernah bertemu dengannya selain diprogram tv tentunya. Dimana ya? Kemarin aku hanya bertemu satu orang seingat ku sih. Atau memang karna otak ku sudah terkontaminasi oleh noona yang sangat ingin ku kenal itu?
“Silahkan saja hyung”
-Donghae POV-
Uhm.. rasanya ku pernah berjumpa dengan pelajar satu ini. Kapan yah? Coba ku ingat-ingat dulu. Aha! Dia yang menunjukkan ku jalan. “Hey! Taemin, apa kau tidak merasa pernah bertemu dengan ku? Selain diprogram tv tentunya”
-Taemin POV-
Tuh kan! Hyung juga berfikiran yang sama. Tapi yang ku ingat hanya noona berambut pirang itu. Jadi aku putuskan untuk menggeleng saja.
“Aku yang kemarin menanyakan jalan”
Kali ini hyung tampak bersemangat. Oh ya! Tepat sekali! Dihari yang sama saat aku menjumpai noona itu. “Ah ya benar hyung! Pantas saja rasanya aku pernah menjumpai mu, hyung”.
Akhirnya kami pun berbagi cerita hari itu sampai jam makan siang usai.
***
Jam makan siang..
Seoul university..
-Yuri POV-
Sungguh! Aku tidak sanggup mengajar mahasiswa. Rasanya otak ku benar-benar lelah. Aku merasa sedang mempermalukan diri ku sendiri ditengah-tengah mahasiswa itu, terutama Minho. Rasanya aku benar-benar ingin masuk kedasar perut bumi. Atau memutar ulang waktu agar dia tidak mengenal ku. “Oh My God! Siapa yang bisa membantu ku?”. Rasanya aku ingin menangis saja. “Aku bisa membantu mu noona” eh? Suara itu rasanya ku kenal. Dia!
-Minho POV-
“Aku bisa membantu mu noona”
Kali ini tawaran yang benar-benar khusus untuknya dan aku benar-benar serius. Bukan sekedar karna aku ingin menggodanya. Tapi masalahnya, apakah dia percaya? Tampaknya tidak. Ya sudahlah, toh maksud ku kali ini baik kok. “Eh? Serius?” dia menatap ku dengan tatapan gak percaya sekaligus heran. Payah bener nih noona!
“Ya seriuslah. Memangnya aku ada tampang-tampang menipu mu?”
-Yuri POV-
Polos sekali dia bicara seperti itu?! Jelas dia berkali-kali berbuat hal yang membuat ku malu dan kesal juga risih setangah mati!
“Memang tidak sih. Tapi berurusan dengan mu sering kali membuat ku kesal”
-Minho POV-
Heh? Ku tawarkan bantuan tapi dia bilang aku membuatnya kesal?! Ya sudahlah terserah anda noona yang cantik. Aku juga jadi ikutan kesal dan bosan. Saat aku berbalik dia memanggil ku. “Tunggu Minho!”
SMA pusat Seoul..
-Donghae POV-
Wahh sudah lama sekali tidak makan dan menikmati menu dikantin sekolah. Jadi kangen rasanya. Oh ya, aku duduk dimeja mana ya? Lebih baik aku bergabung disana.
“Maaf, bolehkah saya duduk disini?”
Ah.. rupanya si anak SMA yang imut itu. Kalau tidak salah namanya Lee Taemin. Kebetulan dia salah satu siswa yang masuk dalam program tim basket istimewa ku.
-Taemin POV-
Ah rupanya sipengajar baru yang enerjik itu. Entah kenapa rasanya aku pernah bertemu dengannya selain diprogram tv tentunya. Dimana ya? Kemarin aku hanya bertemu satu orang seingat ku sih. Atau memang karna otak ku sudah terkontaminasi oleh noona yang sangat ingin ku kenal itu?
“Silahkan saja hyung”
-Donghae POV-
Uhm.. rasanya ku pernah berjumpa dengan pelajar satu ini. Kapan yah? Coba ku ingat-ingat dulu. Aha! Dia yang menunjukkan ku jalan. “Hey! Taemin, apa kau tidak merasa pernah bertemu dengan ku? Selain diprogram tv tentunya”
-Taemin POV-
Tuh kan! Hyung juga berfikiran yang sama. Tapi yang ku ingat hanya noona berambut pirang itu. Jadi aku putuskan untuk menggeleng saja.
“Aku yang kemarin menanyakan jalan”
Kali ini hyung tampak bersemangat. Oh ya! Tepat sekali! Dihari yang sama saat aku menjumpai noona itu. “Ah ya benar hyung! Pantas saja rasanya aku pernah menjumpai mu, hyung”.
Akhirnya kami pun berbagi cerita hari itu sampai jam makan siang usai.
***
Jam makan siang..
Seoul university..
-Yuri POV-
Sungguh! Aku tidak sanggup mengajar mahasiswa. Rasanya otak ku benar-benar lelah. Aku merasa sedang mempermalukan diri ku sendiri ditengah-tengah mahasiswa itu, terutama Minho. Rasanya aku benar-benar ingin masuk kedasar perut bumi. Atau memutar ulang waktu agar dia tidak mengenal ku. “Oh My God! Siapa yang bisa membantu ku?”. Rasanya aku ingin menangis saja. “Aku bisa membantu mu noona” eh? Suara itu rasanya ku kenal. Dia!
-Minho POV-
“Aku bisa membantu mu noona”
Kali ini tawaran yang benar-benar khusus untuknya dan aku benar-benar serius. Bukan sekedar karna aku ingin menggodanya. Tapi masalahnya, apakah dia percaya? Tampaknya tidak. Ya sudahlah, toh maksud ku kali ini baik kok. “Eh? Serius?” dia menatap ku dengan tatapan gak percaya sekaligus heran. Payah bener nih noona!
“Ya seriuslah. Memangnya aku ada tampang-tampang menipu mu?”
-Yuri POV-
Polos sekali dia bicara seperti itu?! Jelas dia berkali-kali berbuat hal yang membuat ku malu dan kesal juga risih setangah mati!
“Memang tidak sih. Tapi berurusan dengan mu sering kali membuat ku kesal”
-Minho POV-
Heh? Ku tawarkan bantuan tapi dia bilang aku membuatnya kesal?! Ya sudahlah terserah anda noona yang cantik. Aku juga jadi ikutan kesal dan bosan. Saat aku berbalik dia memanggil ku. “Tunggu Minho!”
-Yuri POV-
Heh? Di pergi?! Aaahhh aku juga tidak siap ditinggalkan untuk berusaha sendiri tanpa ada yang membantu ku seperti ini!!
“Tunggu Minho!”
Ku harap dia menoleh. Daaannnn dia benar-benar menoleh. “Baiklah, tolong bantu aku. Aku benar-benar butuh bantuan mu” kali ini aku benar-benar memohon padanya. Aku mengangkat tangan ku agar berjabat tangan dengannya dan mendapatkan kesepakatan.
-Minho POV-
Akhirnya dia mempercayai ku. Rasanya hati ku sedikit tenang dan ehm.. gembira? Ada apa sebenarnya ini? Mendengar nada memohon dalam ucapannya membuat ku sedikit goyah. Rasanya ada yang tidak beres dengan ku. Dia mengulurkan tangannya. Baiklah aku akan membalas uluran tangannya. Dia mengangkat wajah dan tersenyum lalu memeluk ku. Jantung ku rasanya berhenti berdetak. Ada apa ini?
-Yuri POV-
Ah dia mau membantu ku?? Benar-benar membantu ku?! Bahagia sekali rasanya. Dengan segera aku memeluknya setelah dia membalas uluran tangan ku. Ahh.. aku benar-benar merasa tertolong.
Heh?! Tunggu?! Aku memeluknya?!
Dengan segera aku melepasnya dan sedikit menjauh darinya. Aku baru saja membuat kesalahan. Ahh.. ini kebiasaan buruk ku. Lagipula biasanya kan Jessica eonni, Donghae oppa dan Leeteuk oppa yang membantu ku, kali ini benar-benar salah peluk! Pasti sebentar lagi dia akan membatalkan kesepakatannya karna tindakan lancang ku. Dengan sedikit takut aku menatap wajahnya dannn memerah? Kenapa dia? Kesal? Atau.. malu?
-Minho POV-
Sial! Jika terus didekatnya aku pasti tidak akan bisa mengontrol detak jantung ku. Benar-benar membuat dadaku sesak. Aku harus menjauh sejenak darinya untuk menetralisir sesuatu dalam diri ku yang entah datang dari mana. “Maaf, aku harus keperpustakaan mencari beberapa buku yang bisa noona pelajari”
-Yuri POV-\
Eh? Dia pamit pergi mencari buku untuk ku pelajari. Rupanya dia baik juga. bagaimana kalau aku menyelidiki sedikit tentang dirinya lewat Hyun Na, mahasiswi yang mengaku fans Jessica eonni. Yah! Aku akan mulai mencari tahu tentang Minho lewat mahasiswi itu.
***
Jam makan siang..
Taman pusat kota..
-Seohyun POV-
Aku lelah sekali. Baiklah saatnya makan siang. Aku menjangkau tas ku dan mencari kotak bekal ku disana. Ternyata tidak ada! Apa yang harus ku lakukan?? Aku benar-benar tidak punya uang saat ini. Menyedihkan sekali. Aku harus bagaimana? Tidak mungkin bagi ku untuk tidak makan siang ini sedang kan kondisi tubuh ku sedang tidak fit. Rasanya aku ingin menangis saja.
-Kyuhyun POV-
Sudah jam makan siang. Bagaimana jika aku membawakan gadis itu makanan? Aku benar-benar ingin bicara dengannya walau hanya sebentar saja. Baiklah, aku akan membawakannya makanan yang ku titip pada Jessica tadi. Aku akan mencoba mendekatinya hari ini. Hufh.. tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan lalu cobalah untu rileks.
“Mianhe” akhirnya suara ku keluar juga saat didekatnya. Sayangnya dia tidak melepaskan topeng badut itu.
-Seohyun POV-
“Mianhe” suara itu? Dia? Dia menghampiri ku disaat seperti ini? Aku benar-benar malu sekali. Aku juga tidak ingin pingsan didepannya. Itu akan memberikan kesan kalau aku tidak suka dengannya dan merepotkannya.
“Ya?” aku benar-benar gugup saat ini.
-Kyuhyun POV-
Dia menjawab ku! Ini kemajuan pesat. “Begini, tadi teman ku membelikan ku banyak makanan. Bisakah kita membaginya berdua. Kau dan aku makan bersama. Yah itu hanya jika kau mau. Kalau kau tidak mau, tidak masalah. Tapi ku harap kau bersedia”
Aku benar-benar tidak bisa mengontrol ucapan ku. Apa aku akan terkesan cerewet? Aku ini benar-benar lelaki yang tidak bisa bertindak.
-Seohyun POV-
Makan berdua dengannya? Tawaran yang benar-benar berada diluar dugaan ku. Haruskah aku menolaknya atau menerimanya? Tapi dia begitu berharap dan aku tidak punya makanan saat ini. Aku akan menerima tawarannya. “Baiklah, uhm.. maaf. Aku tidak punya sesuatu untuk berbagi dengan mu. Bekal ku tertinggal dirumah”
Aku sedikit malu mengakuinya, tapi inilah aku.
-Kyuhyun POV-
Dia menerimanya?! Menyenangkan sekali hari ini! “Tidak apa-apa. Dengan menerima tawaran ku ini pun sudah cukup. Gomawo”. Dengan segera aku mengeluarkan semua makanan yang dibawa Jessica. Dan kami menikmatinya berdua. Ku pikir ini adalah hal yang indah dan permulaan yang baik.
***
-Soyoung POV-
Hari ini aku sangat merasa tertolong oleh Jessica eonni. Karna dia datang untuk membantu ku. Dia sudah disini sejak pagi tadi. Itu dia! Pengunjung yang pekan lalu memesan sepatu mahal dengan merk tertentu yang memang agar mendapatkannya hanya bisa dipesan. Hal ini menyimpulkan kalau dia berasal dari keluarga berada. Aku akan menegurnya untuk memberikan pesanannya. “Mianhe, apakah kamu ingin mengambil pesanan yang minggu lalu?”
-Shiwon POV-
Aku harus mengambil sepatu yang ku pesan hari ini. Dimana penjaga toko ini? Ah.. banyak sekali pelanggan dan dia tipe yang berbaur dengan pelanggan sehingga agak sulit untuk menemukannya.
“Mianhe, apakah kamu ingin mengambil pesanan yang minggu lalu?”
Ah itu dia suaranya dan dia ada dibelakang ku. Lucky! Aku akan meminta sepatu ku dengan segera. “Ya, bisa tolong ambilkan?” sahut ku.
-Jessica POV-
Eh? Soyoung sedang sibuk! Ah sepatu pesanan? Rasanya aku tahu itu ditaruh dimana. “Soyoung biar aku yang ambil yah. Kamu tampak sibuk” aku menawarkan diri. Soyoung menatap ku khawatir, “Tapi eonni, itu ada diatas sana”. Cowok yang memesan sepatu itu ikut melihat kearah yang ditunjuk Soyoung, begitu juga dengan aku. Hiks.. lumayan tinggi rupanya. “Tidak masalah” aku mencoba meraihnya. Dannn…
*Bruk! Bruk! Bruk!*
-Shiwon POV-
Aku tidak yakin dia bisa menjangkaunya. Eh? Sepatu itu berjatuhan aku harus melakukan sesuatu agar dia tidak terluka. Aku segara meraihnya untuk melindunginya dari sepatu yang berjatuhan.
-Soyoung POV-
Sepatunya! Eonni! Ah.. aku harus berbuat apa?! Ku harap akan ada yang menolongnya. Ah pemuda itu bergerak dan melindungi eonni. Ku harap mereka baik-baik saja.
-Jessica POV-
Aku akan mati ketimpuk sepatu! Ahhhhh tidak mauuu!! Eh? Ada yang memelukku? Ya Tuhan ku harap dia baik-baik saja. Aku benar-benar ingin menangis. “Mianhe.. Mianhe.. kau tidak apa-apa?” tanya ku dengan sedikit serak. Aku yakin aku akan menangis. “Tidak apa-apa, kurasa” sahutnya sambil berdiri dari tumpukan sepatu dan langsung membantu ku berdiri. Dia baik sekali.
-Soyoung POV-
Aku harus membantu mereka berdua. “Eonni, kalian tidak apa-apa?” aku membawa mereka ketempat yang aman. Pengunjung yang lain membantu kami membereskan sepatu yang berserakan. Aku benar-benar merasa tertolong. Tapi yang lebih penting adalah keadaan eonni. “Kami baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir” sahut eonni.
-Shiwon POV-
Oh ya, aku akan membantu membereskan toko ini. Aduh! Aku tidak bisa berdiri. Rasanya ada yang salah pada kaki ku. Rupanya aku tidak baik-baik saja. Ini terasa amat sakit.
-Jessica POV-
Tampaknya dia tidak baik-baik saja. Kakinya? Rasanya ada yang salah dengan kakinya. Karena dia terus memegangi lututnya. “Apa kaki mu sakit?” aku benar-benar khawatir dan merasa bersalah. “Ahh tidak. Aku baik-baik saja” sahutnya sambil tersenyum. Tapi saat dia berjalan, dia langsung jatuh kembali. Aku segera menahannya. “Kau tidak baik-baik saja. Maaf kan aku.. mianhe..”. aku benar-benar merasa bersalah.
-Soyoung POV-
Tampaknya pemuda itu tidak baik-baik saja. Lebih baik dia ke dalam untuk dirawat. Aku harus menjaga toko. Mungkin eonni yang akan merawatnya. “Eonni bisa gunakan ruangan yang didalam untuk mengobatinya. Ruangan yang disebelah sana. Apa eonni perlu ku bantu?”. “Tidak apa-apa. Biar aku yang mengobatinya. Kau bisa jaga toko. Maafkan aku atas kejadian hari ini” eonni menangis. Aku tidak tega melihatnya. “Ini bukan salah eonni. Eonni kan hanya mau membantu ku. Sudahlah” aku menggenggam tangannya. Dia mengangguk. Lalu pergi membawa pemuda itu ke ruangan dalam.
-Jessica POV-
Aku benar-benar payah. Merepotkan Soyoung dan membuat orang lain sakit. Aku harus mencari sesuatu, tampaknya kakinya terkilir. “Mianhe” ucap ku sambil menahan jatuhnya air mata. Aku menemukan minyak dan memijat kakinya perlahan. Aku tahu dia menahan rasa sakitnya. Aku benar-benar menyesal.
-Shiwon POV-
Eh? Dia menangis. Aku sungguh tidak menyalahkannya atas kejadian ini. Semua terjadi karna unsure kecelakaan. “Tidak apa-apa. Kau tidak salah”. Aku tidak bisa mengontrol tangan ku. Tangan ini langsung membelai rambut halusnya. Aku selalu mencari gadis seperti dia. Dia yang dulu aku cintai. Bukan maksud hati ku menyamakan gadis didepan ku ini dengan Eun Hye. Tapi dia benar-benar belum bisa ku lupakan dan lagi-lagi aku teringat dengannya karena gadis dihadapan ku ini. Eun Hye, kapan kau kembali pada ku? Kenapa dengan mudah kau tinggalkan aku sendiri didunia fana ini?
-Jessica POV-
Dia.. Menangis? Kenapa? Karna aku? Tapi.. aku baru saja mengenalnya. Apakah dia atlet dan dia butuh kakinya? Atau akan ada pertandingan nasional? Ini semua berarti aku baru saja melakukan dosa besar. “Mianhe.. Aku tidak tahu kalau kamu seorang atlet pelari. Sungguh!” aku benar-benar panic.
-Shiwon POV-
“Mianhe.. Aku tidak tahu kalau kamu seorang atlet pelari. Sungguh!”
Eh? Aku tidak pernah bilang kalau aku seorang atlet. Aku kan hanya seorang anak dari pemilik perusahaan besar yang sekarang ini sedang tidak ada kerjaan. Yang ku lakukan hanya fitness dan olahraga saja. “Aku tidak pernah bilang kalau aku atlet. Aku hanya orang biasa”. Dia benar-benar menarik seperti gadis yang ku temui ditaman waktu itu. Aku ingin memeluk Eun Hye ku. “Mianhe, bisa kah aku memeluk mu? Sebentar saja”. Dia tercengang, namun aku tidak butuh jawaban. Eun Hye ku sudah di surga dan Tuhan mengirimkan kembali Eun Hye ku ke dunia.
-Jessica POV-
Aku tidak mengerti pemuda ini. Aku benar-benar tidak mengerti. Tapi semua kesalahan ku. jadi ku biarkan dia memeluk ku meski aku enggan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar